Sabda dan pernyataan diri Allah pada mulanya diwartakan secara lisan dari generasi ke generasi. Memang pada zaman dahulu tulisan belum begitu dikenal dan situasi zaman menjadi penghambat untuk tradisi tulisan. Maka dari itu, banyak hal yang disampaikan secara lisan secara turun-temurun. Tetapi, seiring pekembangan zaman dan perjalanan waktu secara pelan-pelan sabda dan pengalaman akan Allah itu mulai dituliskan hingga terdokumentasi seperti yang ada saat ini. Dan itu pun ditulis dalam berbagai media alat tulis seperti papyrus, kulit kayu, ataupun kulit binatang karena belum ada kertas seperti sekarang ini.
Penulisan itu terjadi atas bimbingan Roh Kudusyang menjiwai para penulis hingga pengarang mampu mengunkapkan imannya maupun iman komunitasnya. Karya Roh Kudus yang membimbing itu diebut inspirasi. Kitab Suci ditulis dalam Roh Kudus ( Dei Verbum art 12 ). Dengan ini penulisan Kitab Suci ada dalam inspirasi atau tuntunan Roh Kudus. Artinya sebagai hembuusan Ilahi yang menggerakkan jiwa, pikiran dan tindakan pengarang suci itu. Allah membimbing para penulis sehingga mereka menulis segala sesuatu atas dorongan Roh Allah. Sehingga Kitab Suci ditulis memang dalam naungan dan kehendak Allah bukan semata karangan subjektif penulis tentang imannya itu. Maka kita dapat mengatakan bahwa ke-otentikan Kitab Suci memanglah sangat terjaga.
Inspirasi bukan maksudnya seolah-olah Allah berbisik-bisik untuk mendiktekkan pesan atau sesuatu dan penulis menuliskannya, tetapi penulis mengunkapkan imannya sendiri dan iman seluruh umat tentang apa yang dinyatakan Allah kepada manusia dan bagaimana manusia menanggapi dan menangkap atau memahami pernyataan Allah itu.
Alkitab ditulis oleh manusia tetapi penulis mendapat penerangan dari Allah sendiri lewat Roh Kudus. Allah berkomunikasi, menyatakan diri-Nya kepada manusia dengan bahsa yang dimengerti oleh manusia. Maka, Alkitab berkisah seputar kehidupan manusia dan dapat menumbuhkan dan mengembangkan iman orang yang membacanya dengan jujur dan setia. Segala pengalaman iman bangsa terpilih, orang terpilih maupun kelompok Gereja Perdana, segala penilaian situasi senantiasa dicerahi dan dinaungi oleh Roh Kudus.
2. Sejarah Penulisan Kitab Suci
a. Tradisi Lisan
Pada awalnya isi Kitab Suci beredar di kalangan umat Israel secara lisan dan dalam bentuk cerita-cerita yang diturunkan secara turun temurun dari generasi ke generasi. Para ahli juga mengatakan bahwa isi Kitab Perjanjian Lama berasal dari cerita-cerita lisan masing-masing suku Israel. Masing-masing suku mempertahankan tradisinya yang unik dan bahkan masing-masing suku sangat setia kepada pemimpin-pemimpinnya dan pembesar militer mereka. Tradisi-tradisi ini terbungkus dengan aman dalam bentuk cerita. Sama seperti di kalangan kita, yakni orang batak banyak kita temui hal seperti ini yaitu cerita-cerita yang diturunkan dari orang tua kita ke anak-anaknya.
b. Tradisi Tulisan
Tulisan harus dikatakan merupakan peradaban dan kemajuan umat manusia. Pada zaman kuno, di seluruh Asia barat kurang lebih tahun 3100 SM tulisan sudah ada. Pada millenium ke-2 SM telah ada beberapa usaha untuk mengembangkan bentuk-bentuk alphabet (abjad) agar lebih mudah dalam penggunaannya. Usaha ini meningkatkan jumlah orang semakin dapat menulis dan membaca.
Jarak Mesir dan Mesopotamia yang dikatakan sebagai pusat kebudayaan dan peradaban pada zaman itu tidak jauh dari Palestina. Hal ini tentu mempengaruhi Palestina termasuk dalam budaya baca tulis itu. Jadi didugai sejak tahun 1500 SM abjad secara umum digunakan di daerah siria-palestina. Dengan ini tentu tradisi tulisan mulai berkembang. Para penulis mulai menuliskan berbagai hal, termasuk kisah-kisah yang menjadi cikal bakal isi Kitab Suci
Memang setiap suku dan bangsa memiliki cerita atau kisah turun temurun yang beredar di antara mereka. Cerita atau kisah itu tentu mempuyai tujuan masing-masing. Ada yang bertujuan untuk melestarikan tata susila, membangun nilai moral, untuk menjawab pertanyaan mengenai asal-usul, atau sebagai dokumentasi sejarah. Kisah yang pada awalnya beredar secara lisan secara pelan-pelan dituliskan kemudian. Tulisan-tulisan itulah yang menjadi Kitab Suci yang tentu telah mengalami penafsiran dan pengeditan sampai ditetapkan sebagai Kitab Suci (dikanonkan).
c. Isi Kitab Suci
Sejalan dengan arti Kitab Suci, isi Kitab Suci merupakan kesaksia iman tentang Allah yang mengkomunikasikan diri-Nya kepada manusia dengan bahasa yang dimengerti dan digunakan oleh manusia itu sendiri. Karena itu Alkitab berisi macam pesan seperti : pengajaran, perintah, larangan, peraturan liturgis, madah pujiann, doa permohonan, dsb. Pengalaman iman dimana Allah dirasakan sangat berperan atau hadir.
d. Fungsi Kitab Suci
Kitab Suci yang berisi Sabda Allah berfungsi untuk menumbuhkan dan mengembangkan iman dalam hati orang yang membaca dengan jujur dan setia. Kitab Suci sebagai santapan rohani akan mebawa keselamatan bagii mereka yang menghayatinya. Memang peristiwa di zaman dulu dan sekarang tentu berbeda. Namun keberadaan kita sebagai manusia tidak pernah berubah. Pencarian Sang Pencipta sebagai panggilan terhadap kita terpatri sejak dahulu hingga sekarang. Itulah sebabnya Sabda Allah yang disampaika lewat pengalaman Bangsa Israel pada zamannya adalah abadi. Pengalaman iman itu menjadi pengalaman iman kita juga. Peziarahan mereka menjadi peziarahan kita.
Allah tetap mewahyukan Diri lewat Kitab Suci dan lewat pengalaman sehari-hari manusia. Pengalaman sehari-hari manusia termaktum dalam Kitab Suci secara lengkap walau berbeda dari segi zaman.
0 comments:
Posting Komentar