Pax et Bonum

Selasa, 12 Januari 2021

Teori Humor


    

"Humor" adalah sesuatu yang sangat khas dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia yang fana ini. Sepanjang waktu humor telah ditelaah hakekat dan maknanya, tetapi masih masih banyak aspek dari fenomena humor tersebut yang takk terjelaskan. Yang dapat manusia lakukan hanyalah mengelilingi fenomena dan melihat apa yang terkandung di dalamnya.

Ada banyak teori yang mencoba menjelaskan fenomena humor di dunia ini 

1. Teori Superioritas

Menganggap humor sebagai manifestasi rasa superior terhadap orang lain atau atas situasi diri sebelumnya. Pandangan Plato, Aristoteles, sampai Descartes dan Hobbes berada di jalur ini. Itu sebabnya, kata Roger Scruton, orang tidak suka ditertawakan, sebab dengan begitu ia dijadikan obyek. Memang ada saat kita tertawa karena kekonyolan kita sendiri. Misalnya saat kita mencari-cari kacamata lalu akhirnya itu kita temukan menempel di kepala, memang kita seperti menertawakan kebodohan kita sebelumnya. Tapi masalahnya, pada saat kita melihat kelakuan ganjil dan lucu Charlie Chaplin misalnya, nampaknya kita tertawa bukan karena merasa superior, melainkan justru kagum pada keterampilan brilian orang itu. Kasus lain: bila kita melihat pengemis di jalanan, wajar bila kita merasa lebih beruntung dari dia, tapi umumnya kita juga tidak menertawakan dia, malah mungkin menangis karena kasihan. Maka teori superioritas ini hanya bisa menjelaskan fenomen tertawa pada konteks tertentu dan untuk jenis humor tertentu.

2. Teori Pelepasan (the Relief Theory)

Melihat tertawa sebagai terlepasnya tekanan tertentu pada sistem nervous (Spencer). Tertawa, kata John Dewey, menandai akhir dari suatu rentang waktu penasaran dan ekspektasi yang akhirnya terpatahkan. Bagi Freud, humor dan lelucon membebaskan energi pada syaraf yang seharusnya digunakan untuk tugas tertentu. Dalam humor seks misalnya, energi yang biasa digunakan untuk menekan pikiran-pikiran tentang seks dibebastugaskan, terlepas dalam tawa. Bisa juga orang tertawa karena energi afektif tertentu dibelokkan. Bila kita melihat gelandangan kurus merana awalnya kita merasa iba, tapi bila tiba-tiba dia menyanyi aneh karena ternyata gila, kita berubah sikap dan tertawa. Masalah terhadap teori ini adalah: banyak jenis humor yang tidak terkait pada repressi. Dalam budaya Sunda tradisional banyak humor seks, sementara paham tentang seksualitasnya tidak repressif seperti dalam agama-agama besar Semitik. Di sana humor seks tidak menunjukkan ketertekanan, sebaliknya, justru menunjukkan kebebasan dan kelonggaran.

3. Teori Ketidakcocokan (The Incongruity Theory) 

Dalam teori ini humor membuat kita tertawa bila mengandung sesuatu yang melanggar pola mental dan ekspektasi normal kita. Ini pendapat Immanuel Kant, Schopenhauer, S.Kierkegaard dan James Beattie. Humor jenis ini banyak digunakan oleh stand-up comedian, dengan teknik „set-up‟ disusul „punch-line‟: ciptakan dulu ekspektasi tertentu, lalu patahkan di akhirnya; awalan tidak cocok dengan akhirannya . Bagi I.Kant, kesenangan pada joke/humor adalah bahwa pergeseran idea dalam pikiran mengakibatkan perubahan permainan sensasi. Hal serupa berlaku juga dalam permainan game (kalah-menang, untung-untungan) dan musik, katanya. Pergeseran bertegangan antara takut, berharap, senang, marah, dsb. dalam bermain game; perubahan nada dalam musik, atau permainan pikiran dalam lelucon, menyebabkan tubuh ter-eksitasi, tertawa. Bagi Schopenhauer tawa akan meledak bila terjadi ketidakcocokan antara suatu konsep dengan obyek realnya, atau suatu konsep dengan realitas obyektifnya. Humor jenis ini memang menuntut kemampuan abstraksi. Misalnya, ada dua orang sedang ngobrol. Si A bilang : „kamu suka jalan sendiri; aku juga; jadi kita bisa jalan barengan”. Tapi yang menarik adalah bahwa ada kesamaan antara tragik dan komik, kedua-duanya mengandung pematahan ekspektasi dan kontradiksi. Bedanya, pada tragik, kontradiksi itu dirasa menderitakan karena tanpa jalan keluar , sementara pada komik kontradiksi dibiarkan tampil dan justru dinikmati, sebab dalam pikiran sudah ada jalan keluarnya. Humor adalah cara menikmati atau merayakan ketidakcocokan dan kontradiksi. Meskipun demikian, ada humor-humor jenis lain seperti humor grotesque, humor fantastic, humor gelap, yang tidak mengandung kontradiksi atau pematahan ekspektasi.

Teori Permainan ( The Play Theory). Tindakan atau omongan yang hanya demi kesenangan jiwa biasanya bersifat bermain dan humoris. Itu penting bagi jiwa. Kata Thomas Aquinas, kesenangan adalah istirahat sang jiwa. Bahkan, katanya, orang yang tak pernah bermain dan bercanda itu melawan akal, dan mudah menjadi jahat. Humor melepaskan kita dari kungkungan dilema baik-buruk, menang-kalah, sia-sia atau untung; membuat kita dapat melihat peristiwa dari perspektif yang tepat; dan menjaga agar kita tetap lebih besar daripada perbuatan kita sendiri atau pun daripada peristiwa yang kita alami. Humor/komedi membangun fleksibilitas

4. Teori Permainan ( The Play Theory) 

Tindakan atau omongan yang hanya demi kesenangan jiwa biasanya bersifat bermain dan humoris. Itu penting bagi jiwa. Kata Thomas Aquinas, kesenangan adalah istirahat sang jiwa. Bahkan, katanya, orang yang tak pernah bermain dan bercanda itu melawan akal, dan mudah menjadi jahat. Humor melepaskan kita dari kungkungan dilema baik-buruk, menang-kalah, sia-sia atau untung; membuat kita dapat melihat peristiwa dari perspektif yang tepat; dan menjaga agar kita tetap lebih besar daripada perbuatan kita sendiri atau pun daripada peristiwa yang kita alami. Humor/komedi membangun fleksibilitas mental, seringkali berfungsi sebagai pelumas hubungan sosial. Selain itu secara fisik pun humor dapat menurunkan tekanan darah, detak jantung dan tegangan otot; maupun meningkatkan sistem imunitas tubuh.

5. Teori Simulasi (Simulation Theory) 

Teori dari Ernst Cassirer, yang kini juga didukung temuan-temuan ilmiah Michio Kaku. Dalam proses evolusi, mahluk-mahluk organik mengembangkan kemampuan survivalnya. Pada tanaman kemampuan itu berfokus pada pengaturan suhu, dan pencerapan panas matahari. Pada reptil mulai ada batang otak yang terhubung langsung dengan tulangbelakangnya. Otak ini mengendalikan survivalnya dengan berfokus pada kemampuan agresi, mempertahankan diri dari bahaya, mencari makan. Pada mamalia otak berfokus pada hubungan-hubungan sosial dalam kelompok. Isu penting di sini adalah „ruang‟ dalam arti teritori, zona yang mereka klaim sebagai wilayah hak mereka. Namun pada manusia, otak berfungsi membuat model dunia, yang terus menerus ia perbaharui melalui aneka relasi. Fokus utamanya adalah „waktu‟, artinya model-model yang dibuat oleh manusia adalah simulasi untuk mengantisipasi segala kemungkinan yang ada di hadapannya dan di masa depan. Bagi manusia, masa depan bukanlah sesuatu yang hanya bisa diterima begitu saja, melainkan perlu dibentuk, sesuai dengan aspirasinya. Dalam rangka antisipasi situasi di masa depan inilah anak-anak suka bemain simulasi (pura-pura jadi sopir, tentara, tukang jual motor, dsb.). Di dunia orang dewasa, humor adalah bagian dari permainan simulasi itu, dimana tiap ekspektasi (keterarahan ke depan) dikecoh atau dipatahkan, maka reaksinya adalah tertawa-tawa. Ini memang mirip pendapat dari Incongruity theory, hanya saja tekanannya bebeda.

source

Aquinas, Thomas,1972, Summa Theologiae, trans. Thomas Gilby, London: Blackfriars.
Aristotle, 1941, The Basic Works of Aristotle, ed. R.McKeon, New York:Random House
Bremmer, Jan et al, 1997, A Cultural History of Humour, Cambridge: Polity Press
Carroll, N., 2003, “Humour”, dalam The Oxford Handbook of Aesthetics, J.Levinson (ed), Oxford: Oxford University Press
Carse, James, 1986, Finite and Infinite Games, New York: Balantine Books.
Clark, M., “Humor and Incongruity”, 1987, dlm The Philosophy of Laughter and Humor, John Morreall (ed), Albany: State University of New York Press.
Eastman, Max, 1972, The Sense of Humor, New York: Octagon Books.
Kaku, Michio, 2014, The Future of The Mind, New York: Doubleday
Kane, Pat, 2004, The Play Ethic, Oxford:Macmillan.

Kamis, 29 Oktober 2020

INJIL

Injil (bahasa Yunani: ευαγγέλιον, euangelion – yang berarti Kabar Baik; bahasa Arab: إنجيل‎, Injīl; bahasa Inggris: Gospel). Injil berarti pewartaan rasuli tentang hidup dan karya Yesus terutama wafat dan kebangkitannya yang merupakan kabar baik. Mulanya Injil belum berarti tulisan melainkan kabar baik lisan. Baru pada abad kedua dipakai utuk menyebut kitab tertulis. 

Proses terbentuknya Injil:

TAHAP 1 : Hidup publik Yesus sebagai asal-usul 

TAHAP 2 : Pengalaman para murid tentang terang Kebangkitan melihat pribadi Yesus yang baru 

TAHAP 3 : Terbentuknya tradisi-tradisi dengan pembahasan, penulisan, dan penerusan tentang kebangkitan tersebut 

TAHAP 4 : Pengumpulan tradisi-tradisi serta cerita-cerita yang beredar mengenai kisah sengsara, kisah mukjizat, perumpaan-perumpaan, kisah asal-usul serta kehidupan Yesus bersama para murid oleh para penginjil 

Kitab-Kitab Injil terdiri dari empat buku yaitu Matius, Markus, Lukas, Yohanes. Keempat Injil ini sebagian besar berisi cerita-cerita yang langsung mengenai Yesus. Semua Injil itu berhenti dengan berita atau cerita tentang Yesus yang menampakkan diri setelah wafat dan di salib dan bangkit dari dunia orang mati.  

Injil Sinoptik 

Dari keempat Injil, ada Kitab yang dikategorikan sebagai Injil Sinoptik yaitu Matius, Markus, Lukas. Kata sinoptik berasal dari kombinasi dari bahasa Yunani συν (syn = bersama) dan οψις (opsis = melihat) untuk menandakan bahwa isi dari ketiga Injil tersebut dapat dilihat berdampingan. Karena ketiga Injil tadi hampir bersamaan dan ada kemiripannya maka disebut Injil Sinoptik. Injil sinoptik sering kali menulis kisah yang sama tentang Yesus, tetapi dengan penjelasan dan panjang yang berbeda, tetapi memiliki urutan yang sama dan banyak menggunakan kata yang sama. 

Matius di tempatkan pertama bukan karena kitab ini di tulis lebih dahulu, tetapi dalam garis penggenapan injil sesuai dengan amanat Yesus Kristus. Jemaat menempatkan Injil dalam bimbingan Roh Kudus dan dalam rangka penggenapan amanat Kisah Para Rasul 1:8. Gereja telah menempatkan kitab Injil Matius sebagai yang pertama yang dialamatkan kepada orang Yahudi. Kemudian di susul dengan Injil Markus yang pencampuran Yahudi dan Romawi (Samaria) dan dialamatkan kepada bangsa Yahudi yang ada di Roma yang kebanyakan juga campuran Yahudi dan Romawi. Lukas ditempatkan di urutan ke-tiga yaitu kitab yang dialamatkan kepada bangsa Yunani. Dengan demikian penyusunan kitab telah di susun sedemikian rupa dan di bawah bimbingan Roh Kudus, demi penggenapan rencana Allah.

Kamis, 22 Oktober 2020

SAKRAMEN EKARISTI

    


 Ekaristi adalah sakramen yang sering dikatakan sumber dan puncak seluruh hidup Kristiani. Dalam tradisi Kristen sering juga disebut : korban misa, perjamuan Tuhan, ibadat ilahi, komuni kudus. Ekaristi adalah perjamuan sakramental, kesatuan dalam Tubuh dan Darah Kristus, kenangan akan kematian dan kebangkitan-Nya, doa syukur, korban, dan tanda Kerajaan Allah. Pada saat imam selesai mengatakan "inilah Tubuhku" dan "inilah Darahku" Tuhan secara nyata dan ajaib sungguh-sungguh mengubah roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah-Nya. Kejadian inilah yang disebut sebagai "transubstansi yang mengakibatkan perubahan roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah Kristus. 

    Yesus sungguh hadir di dalam Ekaristi dan itu  bukanlah hanya sekadar SIMBOL untuk menyatakan bahwa Yesus telah hadir. Sehingga, janganlah kita menganggap roti dan anggur yang telah dikonsekrasi hanya melambangkan Tubuh dan Darah Kristus melainkan telah mengalami transubstansi menjadi Tubuh dan Darah Kristus sepenuhnya. 

    Ekaristi disebut sebagai sumber dan puncak kekayaan kehidupan Kristiani. Gereja Katolik mengajarkan bahwa kurban salib Kristus hanya terjadi sekali untuk selama-lamanya (Ibr 9:28). Kristus tidak disaibkan kembali di dalam setiap saat misa kudus, tetapi kurban yang satu dan sama itu dihadirkan kembali oleh kuasa Roh Kudus (KGK 1366). Hal itu dimungkinkan karena Yesus yang mengurbankan diri tidak terbatas oleh waktu dan kematian. 

Rabu, 14 Oktober 2020

Allah Tritunggal


Allah adalah tiga-dalam-satu dengan tiap pribadi Tuhan adalah Allah yang sama dengan selalu dan sepenuhnya. Masing-masing diperlukan, dan masing-masing berbeda, tetapi semuanya adalah satu. Ketiga pribadi ini muncul dalam urutan yang bersifat sebab-akibat dan Logis. Bapa adalah yang tak nampak, sumber dari segala sesuatu, dinyatakan dalam dan oleh Putra, diejawantahkan dalam dan oleh Roh Kudus. Putra bermula dari Bapa dan Roh dari Putra. Mengacu pada penciptaan Tuhan, Bapa adalah pemikiran di atas semua itu, Putra adalah Sabda yang memanggilnya keluar, dan Roh adalah perbuatan yang menyebabkannya menjadi kenyataan. Kita melihat "Tuhan" dan penyelamatan agung-Nya dalam Putra, Tuhan Yesus Kristus, kemudian "mengalami" kenyataan mereka dalam iman, melalui kehadiran Roh Kudus-Nya. 

Berikut ini adalah Dogma tentang Tritunggal Maha Kudus menurut Katekismus Gereja Katolik, yang telah berakar dari jaman jemaat awal:

  1. Tritunggal adalah Allah yang satu. ((Lihat KGK 253)) Pribadi ini tidak membagi-bagi ke-Allahan seolah masing-masing menjadi sepertiga, namun mereka adalah ‘sepenuhnya dan seluruhnya’. Bapa adalah yang sama seperti Putera, Putera yang sama seperti Bapa; dan Bapa dan Putera adalah yang sama seperti Roh Kudus, yaitu satu Allah dengan kodrat yang sama. Karena kesatuan ini, maka Bapa seluruhnya ada di dalam Putera, seluruhnya ada dalam Roh Kudus; Putera seluruhnya ada di dalam Bapa, dan seluruhnya ada dalam Roh Kudus; Roh Kudus ada seluruhnya di dalam Bapa, dan seluruhnya di dalam Putera.
  2. Ketiga Pribadi ini berbeda secara real satu sama lain, yaitu di dalam hal hubungan asalnya: yaitu Allah Bapa yang ‘melahirkan’, Allah Putera yang dilahirkan, Roh Kudus yang dihembuskan. ((Lihat KGK 254))
  3. Ketiga Pribadi ini berhubungan satu dengan yang lainnya. Perbedaan dalam hal asal tersebut tidak membagi kesatuan ilahi, namun malah menunjukkan hubungan timbal balik antar Pribadi Allah tersebut. Bapa dihubungkan dengan Putera, Putera dengan Bapa, dan Roh Kudus dihubungkan dengan keduanya. Hakekat mereka adalah satu, yaitu Allah. ((Lihat KGK 255))

Doktrin Tritunggal tidak secara lengkap menjelaskan tentang karakter Allah yang bersifat misteri. Sebaliknya, doktrin ini memberikan perbatasan yang tidak boleh kita langkahi. Doktrin ini menjelaskan batas pemikiran kita yang terbatas. Doktrin Tritunggal menuntut kita untuk setia pada wahyu ilahi yang menyatakan bahwa dalam satu pengertian Allah adalah esa dan dalam pengertian lain Dia dalah tiga.

  • Doktrin Tritunggal meneguhkan kesatuan Allah di dalam tiga pribadi
  • Doktrin Tritunggal bukan merupakan suatu kontradiksi; Allah memiliki satu esensi dan tiga pribadi.
  • Alkitab meneguhkan baik keesaan Allah dan keilahian dari Bapa, Anak dan Roh Kudus.
  • Ketiga pribadi di dalam Tritunggal dibedakan melalui karya yang dilakukan oleh Bapa, Anak dan Roh Kudus.
  • Doktrin Tritunggal memberikan batasan kepada spekulasi manusia tentang natur Allah.

Rabu, 23 September 2020

Sedikit Pengenalan Gereja Protestan dan Gereja Katolik


 Persamaan dan Perbedaan Gereja Katolik dan Gereja Protestan 

Persamaan 

  • Percaya akan sabda Tuhan dengan menggunakan, merenungkan, dan menghayati Kitab Suci Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. 
  • Pengakuan akan Syahadat Para Rasul 
  • Percaya akan Allah Tritunggal, yaitu Allah Bapa, Putera, dan Roh Kudus ( tetapi sejauh saya tahu ada beberapa denominasi  Gereja Protestan yang menyimpang dari paham Trinitas ini sehingga menimbulkan beberapa pertentangan )
  • Mengakui diri umat Kristen; pengikut Kristen dan percaya bahwa Kristus sebagai Sang Juru Selamat 
  • Beribadat pada Hari Minggu sebagai hari Tuhan dan kebangkitan Yesus Kristus ( Gereja Advent beribadah hari sabtu ) 
  • Merayakan Hari-hari Raya Kristiani, seperti Natal, Peringatan Sengsara Yesus pada Jumat Agung, Paskah, Kenaikan Tuhan, Pentakosta.
  • Pemimpin disebut sebagai gembala umat

Perbedaan 
  • Pengakuan Jumlah Sakramen 
    • Protestan mengakui 2 Sakramen yaitu Permandian ( Pembaptisan ) dan Perjamuan Kudus 
    • Gereja Katolik mengakui 7 Sakramen yaitu: Permandian, Ekaristi, Krisma, Tobat, Minyak Suci ( pengurapan orang sakit ), dan imamat 
  • Pemimpin - Pelayan Gereja Katolik ( atau lebih dikenal sebagi "Hierarki" ) yaitu: Paus, Uskup, Imam, dan Diakon. Semua para pemangku Hierarki ini hidup selibat ( tidak menikah ) 
  • Katolik menghormati Bunda Maria sebagai Bunda Allah dan Bunda Gereja 
  • Dalam Gereja Katolik ada altar, mimbar, tabernakel, sementara di dalam gereja Protestan yang lebih menonjol kelihatan adalah mimbar
  • Salib Gereja Katolik memakai Corpus ( patung tubuh Kristus ) sementara Kristen Protestan hanya salib Polos 
  • Selain merayakan liturgi Sabda dan Ekaristi, Gereja Katolik juga menghayati hidup devoisional yang diyakini semakin menumbuh suburkan penghayatan iman seperti doa rosario, jalan Salib, Penghormatan Orang Kudus, doa Novena, dan sebagainya 
  • Jumlah tulisan dalam Kitab Suci juga tidak sama. Gereja Katolik mengakui adanya Kitab Deuterokanonika sebagai bagian dari Kitab Suci Perjanjian Lama
    • Katolik : Perjanjian Lama 46 kitab, Perjanjian Baru 27 kitab 
    • Protestan : Perjanjian Lama 39 kitab, Perjanjian Baru 27 kitab 
  • Gereja Katolik memakai tanda-tanda atau simbol-simbol, seperti : patung, gambar jalan salib, air, dupa, lilin, dan sebagainya 

    Ada beberapa hal yang sungguh berbeda dalam pengungkapan dan penghayatan man itu baik dalam tata cara perayaan dan simbol-simbol yang digunakan. Selain dari yang disebut di atas masih ada lagi perbedaan yang sangat mendasar yang menyangkut ajaran dan keyakini, yakni : sola fide, sola gratia, sola scriptura, soli deo gloria, dan solus christus ( hanya iman, hanya rahmat, hanya kitab suci, hanya untuk kemuliaan Tuhan saja dan hanya Kristus) yang dipakai oleh Protestan. Sedangkan Gereja Katolik mengakui dasar iman Kekatolikan adalah Kitab suci, Tradisi, dan Magisterium. 

    Ketiga hal ini sangat mendasar sehingga nyata perbedaan antara Katolik dan Protestan 

Senin, 06 Juli 2020

Mengulik Sedikit Tentang Kitab Suci


 Pengantar 

    Kalau kita berbicara mengenai Kitab Suci atau Alkitab, pertanyaan yang spontan muncul dalam benak kita adalah apa itu Kitab Suci atau Alkitab? Nama-nama untuk kitab ini juga ada berbagai macam. Tetapi Kitab Suci menjadi bagian hidup orang beriman yang sangat penting. Hidup keagamaan Kristen dan Yahudi sungguh ditentukan oleh isi ajaran Kitab Suci ini. Umat beriman menjadikan Kitab Suci sebagai pegangan hidup yang direnungkan secara bersama untuk dijadikan sebagai santapan rohani. 

Pengertian Kitab Suci 

    Pemahaman untuk Kitab Suci ini perlu didalami baik dari segi nama yang diberikan kepada kitab ini. Ini menjadi buku yang harus dipahami karena menjadi sumber ajaran dan menjadi bagian penting dalam perayaan iman Kristen. Kita sebagai umat beriman pasti selalu mendengar Sabda Tuhan yang menjadi santapan rohani kita. Dalam keadaan sedih ataupun senang dalam hidup kita, Kitab Suci selalu relevan mendampingi arah hidup kita. 

a. Alkitab 

    Kata Alkitab sungguh akrab bagi kita sebagai umat kristiani. "Alkitab" berasal dari kata arab, yang merupakan perpaduan antara dua kata yaitu "Al" dan "Kitab". "Al" artinya agung, sang, luhur, mulia. "Kitab" artinya buku. Kata Alkitab berarti Sang Kitab, Kitab yang paling luhur dan unggul diantara kitab-kitab, buku yang paling berharga dan bermakna. 

b. Kitab Suci

    Kata Kitab Suci diberikan keoada Buku Sabda Tuhan ini dan sebutan yang cukup akrab juga bagi kita umat Kristiani. Disebut Kitab Suci karena memuat Sabda Tuhan. Menyatakan Allah bersabda. Kata-kata Allah adalah suci. Karena itu yang memuat kata-kata Allah itu dinamai "KItab Suci". 

    Kitab Suci memang memuat hal-hal suci yang mengajak manusia bila mengahayatinya akan menghidupi kehidupan suci. Kitab Suci menyucikan manusia sebab setiap sabda dapat memperbaharui atau meningkatkan hidup moral manusia. 

c. Bibel 

    Kata Bibel merupakan nama yang cukup sering disebu untuk menyebutkan nama buku iman Kristen ini dan digunakan dalam banyak bahasa seturut pengucapannya. Kata Bibel dapat ditelusuri dari dua sumber yaitu nama Biblos dan dari bahasa Yunani yaitu " Ta Biblia" 

    Pertama kota Biblos. Pada zaman dulu, di daerah Mesi ditemukan sejenis tanaman pandan air yaitu papyrus yang kemudian dianyam dan menjadi semacam anyaman dan gulungan papyrus ini kemudian dijual di kota Biblos. Para penulis kitab membeli gulungan papyrus yang nantinya akan digunakan untuk sebagai wadah untuk menulis kitab. Papyrus menadi akar kata "paper" atau kertas. Gulungan kitab itu disatukan dan kemudian mereka namai Bibel agar nama kota itu dikenang dan diingat. 

    Kedua, kata Bibel dapat juga dirunut dari Bahasa Yunani yaitu " Ta Biblia" dalam benetuk jamak yang berarti "kitab-kitab atau gulungan naskah". Keitka kata ini masuk ke bahasa Latin artinya pun menjadi Kitab. Kata bibel pun punya arti yaitu kumpulan banyak kitab dengan pengertian Kitab Suci. 


    Dari nama-nama yang telah disebutkan di atas dapat dikatakan bahwa Kitab Suci itu adalah kumpulan buku atau perpustakaan mini yang mengandung ungkapan tertulis mengenai pengalaman iman akan kehadiran Tuhan atau kesaksian tentang campur tangan Allah yang dialami oleh bangsa terpilih yang dalam Perjanjian Lama oleh bangsa Israel sedangkan dalam Perjanjian Baru oleh Gereja Perdana.

    Dari uraian nama sudah tersingkap arti dari Kitab Suci itu. Kitab Suci atau Alkitab adalahbuku yang menyajikan kesaksian iman tentang Sabda Allah dan Karya Keselamatan Alah dalam bentuk tulisan dalam kurun waktu yang sangat panjang, dari berbagai pengarang dan juga dari berbagai tradisi latar belakang kebudayaan. 

    Arti lain yang dapat disebutkan kepada Alkitab adalah kesaksain iman tentang Allah yang mengkomunikasikan diri-Nya kepada manusia itu sendiri. Karena Kitab Suci adalah kesaksian iman dan pengalamn akan kehadiran Allah dalam hidup manusia, maka bentuk Alkitab itu juga dapar berupa: pengajaran, perintah, permohonan, peraturan atau perundang-undangan, madah pujian, doa permohonan dan lain sebagainya.


Senin, 14 Oktober 2019

Penulisan, Sejarah Penulisan dan Fungsi Kitab Suci


 1. Penulisan Kitab Suci atas Inspirasi Roh Kudus 

    Sabda dan pernyataan diri Allah pada mulanya diwartakan secara lisan dari generasi ke generasi. Memang pada zaman dahulu tulisan belum begitu dikenal dan situasi zaman menjadi penghambat untuk tradisi tulisan. Maka dari itu, banyak hal yang disampaikan secara lisan secara turun-temurun. Tetapi, seiring pekembangan zaman dan perjalanan waktu secara pelan-pelan sabda dan pengalaman akan Allah itu mulai dituliskan hingga terdokumentasi seperti yang ada saat ini. Dan itu pun ditulis dalam berbagai media alat tulis seperti papyrus, kulit kayu, ataupun kulit binatang  karena belum ada kertas seperti sekarang ini. 

    Penulisan itu terjadi atas bimbingan Roh Kudusyang menjiwai para penulis hingga pengarang mampu mengunkapkan imannya maupun iman komunitasnya. Karya Roh Kudus yang membimbing itu diebut inspirasi. Kitab Suci ditulis dalam Roh Kudus ( Dei Verbum art 12 ). Dengan ini penulisan Kitab Suci ada dalam inspirasi atau tuntunan Roh Kudus. Artinya sebagai hembuusan Ilahi yang menggerakkan jiwa, pikiran dan tindakan pengarang suci itu. Allah membimbing para penulis sehingga mereka menulis segala sesuatu atas dorongan Roh Allah. Sehingga Kitab Suci ditulis memang dalam naungan dan kehendak Allah bukan semata karangan subjektif penulis tentang imannya itu. Maka kita dapat mengatakan bahwa ke-otentikan Kitab Suci memanglah sangat terjaga. 

    Inspirasi bukan maksudnya seolah-olah Allah berbisik-bisik untuk mendiktekkan pesan atau sesuatu dan penulis menuliskannya, tetapi penulis mengunkapkan imannya sendiri dan iman seluruh umat tentang apa yang dinyatakan Allah kepada manusia dan bagaimana manusia menanggapi dan menangkap atau memahami pernyataan Allah itu. 

    Alkitab ditulis oleh manusia tetapi penulis mendapat penerangan dari Allah sendiri lewat Roh Kudus. Allah berkomunikasi, menyatakan diri-Nya kepada manusia dengan bahsa yang dimengerti oleh manusia. Maka, Alkitab berkisah seputar kehidupan manusia dan dapat menumbuhkan dan mengembangkan iman orang yang membacanya dengan jujur dan setia. Segala pengalaman iman bangsa terpilih, orang terpilih maupun kelompok Gereja Perdana, segala penilaian situasi senantiasa dicerahi dan dinaungi oleh Roh Kudus. 

2. Sejarah Penulisan Kitab Suci

a. Tradisi Lisan 

 Pada awalnya isi Kitab Suci beredar di kalangan umat Israel secara lisan dan dalam bentuk cerita-cerita yang diturunkan secara turun temurun dari generasi ke generasi. Para ahli juga mengatakan bahwa isi Kitab Perjanjian Lama berasal dari cerita-cerita lisan masing-masing suku Israel. Masing-masing suku mempertahankan tradisinya yang unik dan bahkan masing-masing suku sangat setia kepada pemimpin-pemimpinnya dan pembesar militer mereka. Tradisi-tradisi ini terbungkus dengan aman dalam bentuk cerita. Sama seperti di kalangan kita, yakni orang batak banyak kita temui hal seperti ini yaitu cerita-cerita yang diturunkan dari orang tua kita ke anak-anaknya. 

b. Tradisi Tulisan 

    Tulisan harus dikatakan merupakan peradaban dan kemajuan umat manusia. Pada zaman kuno, di seluruh Asia barat kurang lebih tahun 3100 SM tulisan sudah ada. Pada millenium ke-2 SM telah ada beberapa usaha untuk mengembangkan bentuk-bentuk alphabet (abjad) agar lebih mudah dalam penggunaannya. Usaha ini meningkatkan jumlah orang semakin dapat menulis dan membaca.         

    Jarak Mesir dan Mesopotamia yang dikatakan sebagai pusat kebudayaan dan peradaban pada zaman itu tidak jauh dari Palestina. Hal ini tentu mempengaruhi Palestina termasuk dalam budaya baca tulis itu. Jadi didugai sejak tahun 1500 SM abjad secara umum digunakan di daerah siria-palestina. Dengan ini tentu tradisi tulisan mulai berkembang. Para penulis mulai menuliskan berbagai hal, termasuk kisah-kisah yang menjadi cikal bakal isi Kitab Suci 

    Memang setiap suku dan bangsa memiliki cerita atau kisah turun temurun yang beredar di antara mereka. Cerita atau kisah itu tentu mempuyai tujuan masing-masing. Ada yang bertujuan untuk melestarikan tata susila, membangun nilai moral, untuk menjawab pertanyaan mengenai asal-usul, atau sebagai dokumentasi sejarah. Kisah yang pada awalnya beredar secara lisan secara pelan-pelan dituliskan kemudian. Tulisan-tulisan itulah yang menjadi Kitab Suci yang tentu telah mengalami penafsiran dan pengeditan sampai ditetapkan sebagai Kitab Suci (dikanonkan).

c. Isi Kitab Suci 

    Sejalan dengan arti Kitab Suci, isi Kitab Suci merupakan kesaksia iman tentang Allah yang mengkomunikasikan diri-Nya kepada manusia dengan bahasa yang dimengerti dan digunakan oleh manusia itu sendiri. Karena itu Alkitab berisi macam pesan seperti : pengajaran, perintah, larangan, peraturan liturgis, madah pujiann, doa permohonan, dsb. Pengalaman iman dimana Allah dirasakan sangat berperan atau hadir.

d. Fungsi Kitab Suci 

    Kitab Suci yang berisi Sabda Allah berfungsi untuk menumbuhkan dan mengembangkan iman dalam hati orang yang membaca dengan jujur dan setia. Kitab Suci sebagai santapan rohani akan mebawa keselamatan bagii mereka yang menghayatinya. Memang peristiwa di zaman dulu dan sekarang tentu berbeda. Namun keberadaan kita sebagai manusia tidak pernah berubah. Pencarian Sang Pencipta sebagai panggilan terhadap kita terpatri sejak dahulu hingga sekarang. Itulah sebabnya Sabda Allah yang disampaika lewat pengalaman Bangsa Israel pada zamannya adalah abadi. Pengalaman iman itu menjadi pengalaman iman kita juga. Peziarahan mereka menjadi peziarahan kita.

    Allah tetap mewahyukan Diri lewat Kitab Suci dan lewat pengalaman sehari-hari manusia. Pengalaman sehari-hari manusia termaktum dalam Kitab Suci secara lengkap walau berbeda dari segi zaman.